Menggambarkan
dan Menjelaskan Rasionalitas Duniawi dan Spirit Ketuhanan
Penulis
: Ary
Ginanjar Agustian
Penerbit : ARGA
Publishing, Jakarta 2001
Tebal
: 450 halaman
Membaca
buku ini, seperti menguak tabir rahasia tentang adanya korelasi yang sangat
kuat antara dunia usaha, profesionalisme dan manajemen modern, dalam
hubungannya dengan intisari Islam, yaitu Rukun Iman dan Rukun Islam Pemahaman dan
pendalaman kedua unsur inti ini, telah melahirkan sebuah pemikiran baru yang
segar yang dinamakan ESQ atau Kecerdasan Emosi dan Spiritual.
Penulis
buku ini, Ary Ginanjar, adalah seorang pengusaha muda yang tidak pernah
mengenyam pendidikan formal mengenai keagamaan atau psikologi. Ia mendalami
bidang keagamaan dengan mandiri melalui metode “kemerdekaan berpikir”. Ia
merupakan seorang otodidak yang belajar langsung di lapangan dan dalam ketatnya
persaingan dunia usaha yang sangat kompetetif dan penuh tantangan. Perjalanan
panjang dan berliku telah mengubah sesuatu yang ada dalam hidup penulis.
Berawal
dari kegalauan dan kegelisahannya pada masa SMP, yang tidak termotivasi lagi
untuk belajar akibat dari sebuah pertanyaan – pertanyaan yang timbul dalam
benaknya “ Untuk apa saya belajar ? “ dan bahkan lebih jauh lagi “Untuk apa
saya hidup ?” pertanyaan itu sangat halus dan lembut, hingga timbul tenggelam
dalam perjalanannya. Prestasinya kian menurun karena tidak mampu menjawab
pertanyaan itu. Masa SMA adalah sebuah kegelisahan baginya, sehingga ia menjadi
“pemberontak” sejati. Namun ia justru tersiksa karena tak kunjung menemukan
jawaban. Akan tetapi, berkat kegigihannya untuk terus mencoba – coba memberi
makna akan arti hidup, siapa sangka dia telah menjadi orang yang gagah.
Kemampuannya
dalam bidang pelatihan sumber daya manusia telah sangat teruji di berbagai
trainnig, dimana ia tampil sebagai trainer utama dalam Training ESQ. ESQ adalah
sebuah icon, dan Ary Ginanjar telah mengenalkan paradigma baru dalam bidang SDM
yang menyinergikan science, sufisme, psikologi dan manajemen dalam satu
kesatuan yang terintegrasi dan transedental dalam konsep ESQ Way 165.
ESQ adalah sebuah konsep yang
mengarahkan kita pada kebahagiaan dan kesuksesan dunia yang beracu pada
akhirat. Sebagai umat manusia, kita harus menyeimbangkan kehidupan kita antara
dunia dan akhirat. Pada The ESQ Way 165, semua tentang bagaimana kita
memperoleh cara hidup yang sehat dan cara berpikir yang tepat yang sesuai
dengan koridor agama islam telah dijelaskan secara mendetail. Dengan disertai
dengan penerapan-penerapan pada kehidupan berbisnis, buku The ESQ Way 165
memang telah menarik minat masyarakat luas. Dengan meluasnya buku The ESQ Way
165, masyarakat luas, terutama golongan pengusaha mengerti sedikit banyak
tentang konsep ESQ. dan hal ini menimbulkan pertanyaan-pertanyaan bagi
pengusaha tersebut seputar masalah dikehidupan mereka dengan penyelesaian menggunakan
konsep ESQ.
Ini adalah latar belakang
diciptakannya buku Mengapa ESQ oleh Ary Ginanjar Agustian ini. Dengan masih
berdasar pada buku sebelumnya, yaitu The ESQ Way 165 buku ini juga menjawab
berbagai pertanyaan dari masyarakat terutama para pengusaha untuk menyelesaikan
masalah mereka dengan metode ESQ.
Dalam buku ini, Ary berusaha menggabungkan Emotional
Intelligence (EQ) yang didasari dengan hubungan antara manusia dengan Tuhannya
(SQ), sehingga menghasilkan ESQ : Emosional Spiritual Quotient. Ary Ginanjar
memaparkan pemikirannya melalui sebuah ESQ model, yang menggambarkan seluruh
pemahaman dan fenomena secara komprehensif. Bermula dari titik fitrah,
berlanjut kepada pembangunan prinsip hidup yang membangun mental, hingga
ketangguhan sosial yang dirangkumkan secara berintegrasi.
Buku
ini terdiri dari empat bagian yang masing-masing memaparkan mengenai
unsur-unsur yang terdapat pada ESQ Model. Pada bagian satu (Zero Mind
Process-Penjernihan Emosi), penulis mengharapkan pembaca dapat berpikir secara
jernih terlepas dari belenggu pemikiran yang selama ini menghalangi kecerdasan
emosi manusia. Hasil dari penjernihan emosi ini dinamakan “God-Spot atau
fitrah.”. Suara hati manusia adalah kunci spiritual, karena ia adalah pancaran
sifat – sifat illahi (surah Al Hasyr ayat 22 – 24)
Pada
bagian dua ( Mental Building), Ary Ginanjar menjelaskan tentang arti
pentingnya alam pikiran. Di tahap inpenulis menjabarkan mengenai cara membangun
alam berpikir dan emosi secara sistematis berdasarkan Rukun Iman yang diperkenalkan
dengan istilah Enam Prinsip, yaitu:
Star Principle
Star Principle ( Prinsip bintang ) sebagai pegangan
hidup bergantung pada kepercayaan/keimanan kepada Allah. Dengan bertauhid maka
akan tercipta kepemilikan rasa aman intrinsik, kepercayaan diri yang tinggi,
integritas yang kuat, kebijaksanaan, dan motivasi yang tinggi. Semua itu
dilandasi oleh iman, dan dibangun dengan berprinsip hanya kepada Allah, serta
memuliakan dan menjaga sifat Allah pada diri manusia.
Angle Principle
Angle Principle ( Prinsip Matahari ) Iman kepada
Malaikat. Memiliki Angel Principle menjadikan pribadi seseorang memiliki
tingkat loyalitas tinggi, komitmen yang kuat, memiliki kebiasaan untuk
mangawali dan memberi, suka menolong dan memiliki sikap saling percaya.
Leadership Principle
Prinsip Kepemimpinan (Iman kepada Nabi dan Rasul).
Semua orang adalah pemimpin, bahkan setiap manusia adalah pemimpin bagi dirinya
sendiri. Pemimpin sejati adalah seseorang yang selalu mencintai dan memberi
perhatian kepada orang lain, sehingga ia dicintai. Memiliki integritas yang
kuat, sehingga ia dipercaya oleh pengikutnya. Selalu membimbing dan mengajari
pengikutnya. Memiliki kepribadian yang kuat dan konsisten. Dan yang penting
adalah memimpin berlandaskan suara hati yang fitrah.
Learning Principle
Prinsip Pembelajaran (Iman kepada Al Quran)
menyadari akan pentingnya pembelajaran yang akan mendorong pada kemajuan.
Memiliki kebiasaaan membaca buku dan membaca situasi dengan cermat menghasilkan
sesorang dapat berfikir kritis dan mendalam. Selalu mengevaluasi pemikirannya
kembali. Bersikap terbuka untuk mengadakan penyempurnaan. Memiliki pedoman yang
kuat dalam belajar, yaitu berpegang kepada Al – Quran.
Vision Principle
Prinsip Masa Depan (Iman kepada Hari Kemudian).
Selalu berorientasi pada tujuan akhir disetiap langkah yang dibuat dapat
membuat seseorang mengoptimalkan setiap langkahnya dengan sungguh – sungguh,
dan yakin akan adanya Hari Kemudian, sehingga memiliki kendali diri dan sosial,
memilki kepastian akan masa depan, dan ketenangan batinia yang tinggi.
Well Organized Principle
Langkah awal Prinsip Keteraturan (Iman kepada Ketentuan
Allah) adalah memulainya dengan visi atau tujuan, melanjutkannya dengan langkah
untuk melalui berbagai proses dan tidak meragukan suara hati sehingga tercipta
sistem mental (EQ) dalam ketauhidan.
Pada bagian tiga (Personal Strength–Ketangguhan
Pribadi), berisi mengenai penjabaran mengenai tiga langkah pengasahan hati yang
dilaksanakan secara berurutan dan sangat sistematis berdasarkan Rukun Islam.
Langkah ini dimulai dengan Mission Statement (Dua Kalimat Syahadat),
dilanjutkan dengan Character Building (Shalat 5 Waktu) dan diakhiri
dengan Self Controlling (Puasa). Dengan melakukan ketiga langkah ini,
pembaca diharapkan dapat memiliki ketangguhan pribadi. Menurut penulis,
ketangguhan pribadi perlu diimbangi dengan ketangguhan sosial yang dapat
diwujudkan dengan pembentukan dan pelatihan untuk melakukan sinergi dengan
orang lain atau dengan lingkungan sosialnya. Pelatihan yang diberikan dinamakan
Strategic Collaboration atau Langkah Sinergi (Zakat) dan Total
Action atau Langkah Aplikasi Total (Haji).
Inti dari buku ini adalah untuk menjadi seorang yang sukses, tidak hanya
dibutuhkan intelegensi yang tinggi tapi juga kecerdasan emosi yang tidak hanya
berorientasi pada hubungan antar manusia semata tapi juga didasarkan pada
hubungan manusia dengan Tuhannya. Buku ini mensinergikan kebenaran ajaran Islam
dengan penemuan ilmiah dan teori-teori dari para pakar ilmu pengetahun di
“Barat”, khususnya ilmuwan di bidang EQ atau kecerdasanemosi.
Dalam buku ini penulis seakan
memberikan sebuah pemikiran yang sangat
inovatif. Dan banyak memberikan pencerahan , serta kemudahan dalam
melakukan transformasi keislaman dari sebuah gagasan. Gaya bahasa yang
digunakan penulis sangat bagus, mudah dicerna, menarik serta tidak membosankan
para pembaca. Namun penulis kurang mengeksplorasi secara serius bagaimana
konsep trilogi iman, Islam, dan ihsan dalam pemahaman Islam, ini cukup
mengganggu karena seluruh isi bukunya berangkat dari hal tersebut.
بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم